Tingkatkan Pemahaman Siswa dalam Apresiasi Sastra, KBST Bentuk Bengkel Musikalisasi Puisi

Serba serbi bengkel musikalisasi puisi yang digelar KBST selama 3 hari. Rabu (1/3/2023). foto: humas kbst

SULAWESI TENGGARA – Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara (KBST) melaksanakan kegiatan Bengkel Musikalisasi Puisi(Muspus) bagi siswa SMA/SMK/MA di Kota Kendari.

Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Kandai KBST selama 3 hari dan diikuti oleh 50 orang dari 10 sekolah di Kota Kendari. Setiap sekolah diwakili oleh 4 orang siswa dan 1 guru pendamping.

Dalam sambutannya, Kepala KBST Uniawati mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para siswa SMA/sederajat dalam apresiasi sastra, khususnya musikalisasi puisi.

“Alhamdulillah beberapa tahun terakhir, Sultra selalu meraih peringkat yang membanggakan. Tentu saja capaian itu menjadi bahan evaluasi bagi KBST untuk terus melibatkan sekolah-sekolah yang lain sehingga tidak hanya satu sekolah yang selalu jadi pemenang, atau hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang aktif ikut dalam festival muspus,” kata Uniawati dalam rilis persnya, Rabu (1/3/2023).

Harapannya, lanjut dia, seluruh sekolah di Sultra dapat aktif terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan, khususnya musikalisasi puisi setiap tahunnya.

“Pelatihan musikalisasi puisi ini merupakan bentuk tindak lanjut dari evaluasi yang kami lakukan, yaitu mengundang sekolah-sekolah yang berdasarkan hasil evaluasi kami, memang kurang terlibat dalam kegiatan muspus (musikalisasi puisi) yang kami laksanakan,” ujar Uniawati

Hari pertama bengkel Muspus, Topan Mega Bayu yang mengajarkan tentang harmoni dan ritmik, kemampuan memahami jalannya tanda kunci, dan mengomposeri jalannya musik, baik personil maupun alat.

Materi ini bertujuan agar setiap pemain dalam bermusik harus saling mendukung, tidak ada yang dominan dengan kemampuan sendiri, tetapi harus sesuai kebutuhan dalam tampilannya.

Dia menegaskan bahwa penampilan musikalisasi puisi harus disesuaikan dengan makna puisi sehingga unsur alat, bunyi, dan tampilan pemain yang dihasilkan dapat mendukung makna puisi.

Hari kedua bengkel muspus diisi oleh Andi Baetal Mukadas yang mengajarkan konsep dasar musikalisasi puisi. Menurutnya, musikalisasi adalah karya sastra yang dikolaborasikan dengan seni musik dan dalam kegiatan tersebut dibutuhkan proses kreatif.

Proses kesenian adalah proses kreatif dan kemurnian, demikian halnya dengan musikalisasi puisi. Jika dilombakan, musikalisasi puisi membutuhkan kemurnian karya tanpa kebohongan. Unsur irama dibutuhkan untuk menjiwai puisi-puisi yang dibawakan sehingga menimbulkan rasa sedih, tangis, tawa, dan lainnya.

Dia juga menjelaskan bahwa bentuk musikalisasi puisi sebaiknya tidak mengubah makna dan tetap menghasilkan rasa dan pementasan merupakan bagian penting musikalisasi puisi sehingga tata teknik pentas dibutuhkan agar pertunjukan menjadi rapi dan indah. Sama halnya dengan perlengkapan dan peralatan penunjang, harus tersedia.

Pada hari ketiga, Iman Rivaldi yang mengajarkan tentang musikalisasi puisi dalam upaya musikalisasi satu karya puisi. Pada dasarnya, musikalisasi merupakan kegiatan membaca puisi berulang-ulang, sambil menyelami puisi perlahan-lahan untuk mendapatkan mood yang akan melahirkan tempo.

Menurutnya, jika puisi sedih, temponya tidak mungkin cepat. Misalnya, puisi “Meditasi Rawa Aopa” yang sudah tersurat akan ketenangan, dengan penceritaan suasana yang ada di Rawa Aopa.

Dengan demikian, dalam musikalisasi puisi tersebut hanya butuh bermain-main dengan imajinasi. Sebuah imajinasi yang harus dikembangkan menjadi simpulan dari proses musikalisasi puisi adalah baca, kemudian mencari tempo, instrumen dengan mengedepankan puisi sebagai objek utama bagi musik.

Kegiatan bengkel muspus selama 3 hari ini diakhiri dengan praktik musikalisasi puisi oleh seluruh peserta dengan per kelompok tampil di atas panggung. Narasumber mengevaluasi dan memberikan masukan terkait penampilan tersebut.

URL List

Komentar